AirAsia Menjual Unit Usahanya di Bidang Penyewaan Pesawat Terbang Senilai 1,18 Miliar USD
Keputusan tersebut menghasilkan dana tunai kurang lebih senilai 902 juta USD serta menegaskan strategi divestasi aset non inti yang dilakukan AirAsia untuk fokus pada bisnis operasional maskapai utamanya
SEPANG, 1 Maret 2018 - AirAsia Berhad mengumumkan kesepakatan dengan BBAM Limited Partnership (BBAM), salah satu perusahaan pengelola investasi pesawat jet komersial yang terbesar di dunia, untuk menjual unit usahanya di bidang penyewaan pesawat terbang.
Asia Aviation Capital Ltd, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh AirAsia Berhad, telah
menandatangani perjanjian untuk menjual unit operasi penyewaan pesawat terbangnya kepada entitas yang dikelola oleh BBAM dengan total nilai penjualan sebesar 1,18 miliar USD, dengan mempertimbangkan nilai perusahaan sebesar 2,85 miliar USD.
Berdasarkan kesepakatan, FLY Leasing Limited (FLY), Incline B Aviation Limited Partnership (Incline), dan Nomura Babcock and Brown (NBB) akan mengakuisisi sebanyak 84 pesawat terbang dan 14 mesin di mana 79 pesawat dan 14 mesin di antaranya akan disewakan kembali pada AirAsia dan afiliasinya. FLY dan Incline pun sepakat untuk mengakuisisi 48 pesawat yang akan dikirim ke AirAsia Berhad dan tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi 50 pesawat lainnya.
Selain itu, AirAsia Berhad juga akan menerima nilai investasi sebesar 50 juta USD di FLY American Depositary Shares (ADS), sehingga AirAsia Berhad diperkirakan memiliki sekitar 10,2% saham FLY. AirAsia Berhad juga akan berkomitmen untuk berinvestasi di Incline Parallel Funds senilai 50 juta USD, bersama-sama dengan Incline Aviation Master Fund dalam bidang investasi penerbangan global. Melalui langkah ini, AirAsia Berhad diperkirakan akan memperoleh keuntungan penjualan sekitar 967,1 juta ringgit.
CEO Grup AirAsia, Tony Fernandes mengatakan, "Penjualan unit usaha ini selaras dengan strategi kami untuk mengurangi aset dan bisnis non inti, sebuah langkah yang telah berhasil kami lakukan dalam enam bulan terakhir – yang diawali dengan pusat pelatihan, unit pelayanan darat dan sekarang unit penyewaan pesawat kami – sehingga mengungkap nilai dari AirAsia yang sesungguhnya.”
“Mulanya tidak sedikit yang mempertanyakan keputusan kami untuk membeli pesawat-pesawat tersebut. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa upaya tersebut adalah strategi yang tepat karena kami memiliki aset investasi yang bernilai untuk dijual kembali sebagai imbalan atas uang dan hubungan ekuitas dalam dua perusahaan besar, sekaligus mengurangi risiko residual.”
"Strategi yang kami mulai pada tahun 2004 tersebut kini membuahkan hasil yang baik dan saya sangat senang mampu mewujudkan visi jangka panjang kami. Kami sekarang telah mengurangi sebagian besar aset fisik non inti dan kami sangat senang bisa memulai strategi digital yang baru yang akan membuat kelompok aset kami lainnya menjadi semakin bernilai."
"Grup AirAsia dengan senang hati memulai kemitraan jangka panjang baru ini dengan Steve beserta timnya di BBAM dan FLY. Steve memiliki visi dan keberanian untuk mengambil alih BBAM dan membangun bisnis sewa guna usaha bersama para profesional di bidangnya. Dalam banyak hal, kami memiliki DNA yang serupa dan hal tersebut membuat kemitraan ini semakin istimewa. Kami berharap kerja sama ini dapat berlangsung ke depannya dalam jangka panjang," pungkas Tony.
CEO BBAM, Steve Zissis mengatakan, "Tony dan timnya telah membangun bisnis yang luar biasa di AirAsia dan kami merasa beruntung memiliki kesempatan untuk membangun kemitraan jangka panjang dengan perusahaan sekelas AirAsia."
Credit Suisse, BNP Paribas, dan RHB bertindak sebagai penasihat keuangan bersama, serta Milbank dan ZICO bertindak sebagai penasihat untuk AirAsia Berhad.