PT AirAsia Indonesia Tbk Catatkan Pendapatan Rp 1,99 Triliun di Kuartal I 2025, Didorong oleh Permintaan Perjalanan Internasional
Tingkat keterisian (load factor) tetap stabil di angka 83%, sementara RASK mengalami kenaikan sebesar 6,4% dibandingkan tahun lalu.
Indonesia AirAsia semakin memperkuat posisinya di pasar Bali-Australia.
JAKARTA, 28 April 2025 – PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP) mengawali tahun 2025 dengan kinerja yang stabil, mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,99 triliun pada Kuartal I yang berakhir pada 31 Maret 2025, atau meningkat sebesar 14,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencerminkan permintaan yang kuat serta keberhasilan strategi perusahaan dalam memperluas fokus ke pasar internasional, sekaligus menunjukkan kinerja yang solid di tengah tantangan makro-ekonomi dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
“Mengawali tahun 2025, Indonesia AirAsia kembali meluncurkan rute internasional terbaru, yakni Bali-Darwin, yang menjadi rute ketiga dalam menghubungkan Indonesia dan Australia, setelah sebelumnya meresmikan penerbangan Bali-Perth, dan Bali-Cairns. Kehadiran rute-rute ke Australia ini diharapkan tidak hanya mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi di masing-masing destinasi,” ujar Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP), Veranita Yosephine, di Jakarta, Senin (28/4).
Veranita juga mengungkapkan bahwa upaya ekspansi pasar internasional ini akan terus dilanjutkan, mengingat kekuatan Indonesia AirAsia dalam segmen tersebut berkat jaringan regional yang dimiliki. Pada Kuartal II tahun 2025, Indonesia AirAsia dijadwalkan meluncurkan rute internasional keempatnya ke Australia, yakni Bali-Adelaide. Penambahan ini menegaskan komitmen Indonesia AirAsia dalam memperluas jaringan penerbangan internasional, tidak hanya di kawasan ASEAN dan Asia, tetapi juga ke wilayah strategis seperti Australia, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat konektivitas dan menghadirkan layanan penerbangan yang terjangkau bagi lebih banyak masyarakat.
Sebagian besar pendapatan AAID/CMPP pada Kuartal I 2025 berasal dari kegiatan operasional penerbangan, di mana penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi utama sebesar Rp 1,65 triliun. Sementara itu, pendapatan tambahan dari layanan lainnya termasuk biaya bagasi, pelayanan penerbangan, dan sumber pendapatan ancillary lainnya mencapai Rp 339 miliar.
Didukung oleh armada berjumlah 30 pesawat, sepanjang Kuartal I tahun 2025, Indonesia AirAsia mencatat kapasitas sebesar 1,85 juta kursi dan berhasil mengangkut 1,53 juta penumpang, baik untuk 7 rute domestik maupun 26 rute internasional yang dioperasikan. Kinerja positif ini turut berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP) di Kuartal I 2025.
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat keterisian penumpang (load factor) tercatat mencapai 83%. Pendapatan per kilometer kursi tersedia (Revenue per Available Seat Kilometre/RASK) juga mengalami kenaikan sebesar 6,4% dibandingkan Kuartal I 2024, mencerminkan peningkatan nilai bisnis dan permintaan pasar yang terus tumbuh.
Menutup Kuartal I 2025, PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP) membukukan total kerugian sebesar Rp 710 miliar, atau membaik sebesar 8,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 sebesar. Namun, apabila tidak memperhitungkan rugi selisih kurs, kinerja operasional perusahaan justru berhasil memperbaiki kerugian yang signifikan hingga 17,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS turut memberikan tekanan terhadap kinerja keuangan, dengan depresiasi sebesar 4,1%, dari Rp 15.774 menjadi Rp 16.426 per Dolar AS selama periode tersebut.
“Untuk mengantisipasi tekanan nilai tukar, kami memperkuat efisiensi biaya dan operasional melalui pengelolaan biaya yang lebih optimal,” ujar Veranita.
Dalam upaya menjaga keberlanjutan bisnis, Indonesia AirAsia secara berkelanjutan akan menjalankan berbagai inisiatif strategis dan efisien. Langkah-langkah tersebut mencakup pengendalian biaya operasional, optimalisasi serta penyesuaian jaringan rute dan kapasitas secara tepat sasaran, serta sinergi dengan Grup AirAsia dalam proses negosiasi dan penyelarasan kewajiban keuangan.
Strategi ini ditopang oleh kinerja operasional yang kokoh, antara lain tingkat keterisian penumpang yang optimal, pencapaian on-time performance yang baik, serta ekspansi jaringan internasional maupun domestik yang terus berkembang. Keseluruhan langkah ini dirancang untuk memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang dan memberikan pengalaman terbang yang lebih baik kepada para pelanggan di seluruh jaringan Indonesia AirAsia.
Kedepannya, Indonesia AirAsia berada pada posisi yang kuat untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan perusahaan yang lebih besar, seiring dengan langkah konsolidasi operasional penerbangan jarak dekat dan jarak jauh AirAsia di bawah satu strategi Grup yang terintegrasi. Melalui integrasi ini, maskapai dapat meraih efisiensi skala yang lebih optimal, menyelaraskan armada dan jaringan secara lebih efektif, serta memperluas konektivitas Fly-Thru yang lebih baik di rute-rute utama regional maupun jarak jauh.
Veranita menambahkan bahwa penataan ulang di tingkat Grup memberikan Indonesia AirAsia dasar yang lebih kuat untuk berkembang secara strategis.
"Dengan Bali sebagai hub utama, kami berada dalam posisi yang sangat baik untuk menghubungkan kawasan Asia Tenggara dengan kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas, termasuk Australia, sambil tetap memberikan nilai lebih dan kenyamanan bagi penumpang kami. Indonesia AirAsia, khususnya, akan mendapatkan keuntungan dari akses yang lebih baik ke pasar-pasar baru dan efisiensi operasional yang lebih tinggi, memperkuat perannya sebagai penghubung utama untuk perjalanan domestik dan internasional," tutup Veranita.